PEMANASAN GLOBAL
Pada tanggal 22 April 1970 atas inisiatif seorang senator Amerika Serikat
(AS), hari bumi pertama kali diperingati. Pada peringatan ini disampaikan
isu-isu kontroversial terkait dengan masalah lingkungan hidup. Mantan wakil
presiden AS, Al Gore, menyampaikan ancaman terhadap bumi yang disebabkan oleh
peningkatan suhu. Dalam paparannya menggambarkan kondisi menyusutnya
lapisan-lapisan es di berbagai penjuru dunia. Kondisi ini disebabkan oleh yang
selama ini dikenal dengan istilah pemanasan global.
Pemanasan global adalah suatu bentuk ketidak seimbangan ekosistem di bumi
yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan
daratan bumi. Peningkatan temperatur ini disebabkan oleh Efek Rumah Kaca (ERK)
yang terbentuk oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karban dioksida (CO2),
metan (CH4), dinitro oksida (N2O) dan CFC yang merupakan gas buatan manusia. Pemantauan
terhadap kadar gas penyebab ERK menunjukkan kecendrungan yang semakin
meningkat, hal ini dikhawatirkan akan terjadi kenaikan suhu udara di permukaan
bumi dimasa yang akan datang antara 2,3°C sampai 7,0°C (Scneider, 1989).
Sejak akhir abad ke-19, rata-rata temperatur permukaan bumi telah meningkat 0,6°C,
sedangkan kombinasi suhu laut dan daratan pada tahun 2000 sebesar 0,29°C di atas
rata-rata suhu pada tahun 1961-1990 (Godish, 2004).
Gas CO2 memberikan kontribusi terbesar penyebab terjadinya ERK yang menjadi
faktor pemicu pemanasan global, yaitu mencapai 50% dari seluruh gas-gas pemicu
lainnya (Hidayati, R., 2001). Gas CO2 memiliki jangka 50-200 tahun di atmosfer,
yang saat ini telah mencapai 360-an ppm. Jika dibandingkan dengan tahun 1957
sebesar 315 ppm, dan sebelum revolusi industri tahun 1880 konsentrasi CO2
sebesar 280 ppm. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan konsentrasi CO2
dari tahun ke tahun hingga saat ini. Di Indonesia, perubahan suhu cendrung
mengalami kenaikan disebabkan dengan adanya penambahan gas rumah kaca terutama
emisi gas CO2 (Cahyono, W.E, 2006).
PENDAPAT AHLI
Pada saat ini, para peneliti belum sepenuhnya sependapat terkait
faktor-faktor pemicu pemanasan global. Dalam hiposis lain menyatakan bahwa
pemanasan global dipicu oleh variasi matahari yang diperkuat oleh umpan balik
dari awan (Marsh, 2000). Perbedaan mekanisme ini dengan pemanasan global yang
diakibatkan oleh ERK adalah meningkatnya aktifitas matahari akan memanaskan
stratosfer, dan sebaliknya ERK akan mendinginkan stratosfer. Fenomena variasi
matahari menurut Hegerl (2007) dan
Ammann, et al., (2007) dikombinasikan
dengan aktivitas gunung api telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri
hingga tahun 1950. Penelitian lain
menyatakan, bahwa kontribusi variasi matahari terhadap peningkatan temperatur
rata-rata global pada rentang waktu 1900-2000 sekitar 45-50% dan 25-35% pada
rentang waktu 1980-2000 (Scafetta et al,
2006).
Kritikan lain terkait ERK juga diungkapkan oleh Stott. Stott (2003) berpendapat, bahwa model iklim
yang dijadikan pedoman saat ini telah membuat estimasi yang berlebihan terhadap
efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh matahari. Pada Konferensi
Perubahan Iklim yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (United
Nations Framework Convension on Climate Change) di Bali pada tahun 2007, sejumlah ilmuwan
menandatangani surat terbuka yang ditujukan kepada Sekjen PBB, Ban Ki-Mon. Isi dari
surat terbuka tersebut menyatakan bahwa para ilmuwan meragukan laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).
Isi laporan IPCC tersebut menyimpulkan bahwa aktifitas manusia di muka bumi
telah menyebabkan pemanaan global dan perubahan iklim dunia, yang dikenal
dengan istilah Anthropogenic Global
Warming (AGW).
Don Aitkin
Para ilmuwan yang menandatangani surat terbuka tersebut salah satunya
adalah Don Aitkin, seorang ilmuwan di bidang sejarah dan politik Institute of
Australia. Aitikin memberikan tanggapan dalam beberapa hal sebagai berikut.
- Apakah planet bumi benar-benar memanas..?
- Apakah pemanasan pada abad 20 adalah sesuatu yang belum pernah terjadi.
- Apakah pemanasan disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, penebangan hutan dan aktivitas manusia lainnya.
- Apakah pemanasan global akan menyebabkan kenaikan muka air laut yang membahayakan.
- Penggunaan metode modelling untuk memperkirakan iklim di masa depan
- Apakah perlu mengubah cara dan pola hidup manusia untuk menghindari bencana yang lebih besar
- Keengganan untuk mengakui ketidak pastian.
Aitikin pun menyatakan bahwa bumi cenderung mengalami fenomena pemanasan
sejak 150 tahun yang lalu dan berlangsung seterusnya hingga saat ini. Pemanasan
telah berlangsung dalam 2 periode yaitu periode tahun 1910 dan 1940, kemudian
pada tahun 1975 hingga 1998. Sejak tahun 1998 peningkatan temperatur tidak
terus berlangsung. Disimpulkan bahwa, telah terjadi periode panas dan dingin dengan
pola yang tidak beraturan. Bukti-bukti juga menyatakan bahwa pemanasan bumi
telah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Pada tahun 1850 hingga 1940 terjadi
kenaikan suhu bumi sekitar 0,5°C dan kemudian pada tahun 1940 sampai dengan
1998 terjadi kenaikan suhu bumi sebesar 0,2°C yang artinya berlangsung selama
58 tahun. Pada periode 1998 sampai
dengan 2006 tidak terdapat indikasi adanya pemanasan suhu bumi. Saat ini suhu
bumi kembali meningkat seperti pada tahun 1900-an. Bukti-bukti ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan linier antara meningkatnya kadar karbon dioksida
dengan tingginya suhu udara global pada abad ke-20.
Pola Temperatur Bumi selama 12.000 tahun pada belahan bumi utara (Sumber : Avery D.T, 2008) |
Dennis T. Avery
Pandangan lain diutarakan oleh Dennis T. Avery, seorang analis di bidang
pertanian untuk U.S Departement of State yang bertanggung jawab untuk menilai
implikasi kebijakan luar negeri untuk pangan dan perkembangan pertanian. Avery
mengemukakan bahwa pola pemanasan yang terjadi pada tahun 1976 sampai 1998 sama
dengan pemanasan dengan pemanasan yang terjadi pada tahun 1916-1940. Setelah
tahun 1940 terjadi pendinginan suhu bumi selama 35 tahun. Pada tahun 1996 para
peneliti menemukan siklus 50-60 tahun iklim Pasifik yang disebut dengan (Pacifc Decadal Oscillation). Siklus ini
mengubah iklim bumi menjadi lebih dingin pada tahun 1940 hingga 1976. Kemudian PDO
mengubah iklim bumi menjadi lebih hangat hingga sekitar tahun 1999. Temuan terkait
PDO menyimpulkan bahwa fenomena pemanasan global memang terjadi, namun faktor
penyebabnya bukanlah disebabkan oleh aktifitas manusia, karena aktifitas
manusia hanya menghasilkan 0.03% emisi
karbon dioksida di atmosfer. Dan bukti lain menyatakan bahwa pemanasan iklim
dimasa lalu tidak berkaitan dengan adanya perubahan konsentrasi karbon
dioksida.
Hubungan Antara Penyinaran Matahari dengan Suhu Muka Laut (Sumber, Avery DT, 2008) |
Dari beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan pemanasan global dapat disimpulkan sebagai berikut.
- Fenomena pemanasan global benar terjadi, perbedaan para peneliti hanya menitik beratkan pada faktor pemicu terjadinya pemanasan global.
- Kadar emisi CO2 dari tahun ke tahun mengalami peningkatan hingga saat ini, walaupun tidak berdampak signifikan terhadap atmosfir.
- Perubahan iklim yang terjadi disebabkan oleh variasi sinar matahari terhadap bumi, hal ini didasarkan pada hubungan linier antara sinar matahari dan pemanasan suhu muka laut sebagai salah satu faktor pemicu perubahan iklim.
- Kemungkinan pemanasan global merupakan siklus alam dapat lebih diterima didasarkan pada data siklus panas dan dingin suhu bumi bila dibandingkan pada aktivitas manusia. Hal ini juga diperkuat dengan tidak adanya hubungan linier antara jumlah penduduk bumi dengan peningkatan suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Avery, D.T 2008. The
Worst Climate Predictions of 2008.
Ammann, C., 2007. Solar Influence on Climate During the Past
Millennium : Result from ransient simulations with the NCAR Clinate Simulation
Model. Proceeding of the National Academy of Sciences of the Uneted States
of America 104 (10): 3713-3718.
Cahyono, W.E., 2006. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap
Lingkungan Bumi. Bidang Ozon dan Polusi Udara, LAPAN.
Godish, T., 2004. Air Qulity. Lewis Publishers, A CRC
Press Company, London.
Hegerl, 2007. Understanding and Attribution Climate Change. Contribution of
working group I to the Fourth Assesment Report of the Intergovermental Panel on
Climate Change.
Hidayati, R., 2001. Masalah Perubahan Iklim di Indonesia
Beberapa Contoh Kasus. Makalah Falsafah Sains, Program Doktor, IPB., Bogor.
Marsh, Nigel, Henrik and Svensmark,
2000. Cosmic Rays, Clouds and climate. Science Reviews 94:215-230.
Scafetta, Nicolla, West and Bruce,
J. 2006., Phenomenological solar contribution to the 1900-2000 Global Surface
Warming. Geophysical Research Letter 33
(5).
Schneider, S.H 1989. The Greenhouse effect: Science and policy.
Science 243:771-81.
.
Stott, P.A., 2003. Do Models
Underestimate the Solar Contribution to Recent Climate Change. Journal of Climate 16 (24).
0 komentar:
Post a Comment