Gempa Aceh pada tanggal 11 April 2012 dikategorikan sebagai gempa outer-rise yaitu gempa bumi yang tidak terjadi pada zona penunjaman (subduction zone). Gempa ini berkorelasi erat dengan tingkat stress (tekanan) pada zona interplate dalam hal ini Lempeng Indo-Australia. Gempa jenis ini termasuk jarang terjadi. Pusat gempa yang terjadi Rabu, 11 April 2012 kemarin, berada di kedalaman 10 kilometer, sekitar 434 kilometer sebelah barat daya Meulaboh.
Pada beberapa kasus, gempa jenis outer rise menimbulkan tsunami. Seperti yang terjadi pada 1977 di Pulau Sumba, sekitar 189 korban tewas akibat tsunami yang datang menyusul gempa outer rise itu. Gempa yang terjadi di bagian selatan Pulau Jawa pada 2007 juga menimbulkan tsunami. “Goncangan tidak terasa, tapi tsunami tingginya sampai enam meter,”
Gempa ini juga memiliki karakteristik sebagai gempa Doublet karena terjadi dua kali dalam waktu dan lokasi yang berdekatan dan berkekuatan yang hampir sama. Tercatat sebagai gempa terbesar yang diakibatkan oleh pergerakan sesar geser secara horizontal (Strike Slip). Guncangan pertama terjadi pada pukul 08:38:37 UTC (15:38:37 WIB), dengan magnitudo 8,5 SR lokasi episenter terletak pada 2.311° LU dan 93.063° diikuti gempa kedua yang cukup besar pada pukul 10:43 UTC (17:43 WIB) berkekuatan 8,2.
Gempa berskala 8,5 yang mengguncang Sumatera ini, ternyata juga berhasil mengguncang dunia sains. Seperti diketahui, gempa dengan magnitude besar cenderung terjadi di zona subduksi, di mana satu lempeng bumi mendorong lempeng lain untuk masuk ke bawahnya. Contoh-contoh gempa subduksi adalah seperti gempa-tsunami skala 9,1 di Samudera India pada tahun 2004 lalu serta magnitude 9 di Jepang, tahun 2011.
Gempa berskala 8,5 yang mengguncang Sumatera ini, ternyata juga berhasil mengguncang dunia sains. Seperti diketahui, gempa dengan magnitude besar cenderung terjadi di zona subduksi, di mana satu lempeng bumi mendorong lempeng lain untuk masuk ke bawahnya. Contoh-contoh gempa subduksi adalah seperti gempa-tsunami skala 9,1 di Samudera India pada tahun 2004 lalu serta magnitude 9 di Jepang, tahun 2011.
Gempa pertama itu sendiri langsung masuk dalam catatan sejarah. Menurut data USGS National Earthquake Information Centre, gempa ini merupakan gempa terbesar ke-11 sejak tahun 1900, meski masih ada perdebatan bahwa gempa berskala 8,6 Tibet tahun 1950 juga merupakan gempa strike-slip. Pesisir Sumatera sendiri telah diguncang oleh tiga gempa strike-slip sejak tahun 2004. Namun, guncangan yang terjadi pada 11 April lalu merupakan gempa bumi strike-slip yang terbesar.
Gempa ini terjadi di dekat NER (Ninety East Ridge). Gempa ini sangat jarang terjadi bahkan dapat dikatakan ini adalah zona inaktif atau disebut asesmik. NER adalah jejak perjalanan lempeng samudera Hindia ke arah utara sejak 40 – 80 juta tahun yang lalu. NER berupa punggung laut yang memanjang 5.000 km dari Teluk Benggala ke selatan hingga tenggara India Ridge. (IRIS)
Gempa ini tak lepas dari gempa Aceh 2004 lalu, gempa Aceh 2004 memberi tekanan pada wilayah bagian selatan Aceh sehingga terluapkan dalam bentuk gempa ini. Gempa mengakibatkan tsunami kecil setinggi 1 meter di Nias, 80 cm di Meulaboh, dan 6 cm di Sabang. Intensitas guncangan gempa ini terasa lebih kuat, karena energi yang dilepaskan terakumulasi dalam waktu yang singkat. Gempa dengan magnitud 8,5 SR berkekuatan setara dengan 500.000 kali ledakan bom atom Hiroshima yag dilepaskan secara bersamaan hanya dalam waktu 40 detik. Akibatnya,dampak guncangan terasa sampai wilayah yang lebih jauh, dilaporkan terasa sampai di Bangkok.
Kejadian gempa ini termasuk anomali, karena gempa Outer-rise ini biasanya terjadi pada zona "transisi", yaitu zona peralihan dari zona yang terkunci secara kuat (seperti kawasan pesisir barat Sumatera) ke zona yang tidak terkunci atau terkunci secara lemah, seperti kawasan di selatan Nusatenggara, Sementara itu, Gempa ini terjadi pada zona yang terkunci secara kuat. Peristiwa memang dapat saja terjadi, antara lain jika sebelumnya terpicu oleh gempa megathrust yang besar. Apabila asumsi ini, maka gempa outer-rise 11 April 2012 ini merupakan rentetan dari gempa megathrust 26 Desember 2004. Namun, hal ini masih memerlukan analisa lebih lanjut, mengingat mekanisme gempa 11 April 2012 yang didominasi oleh komponen horizontal (strike-slip), sementara gempa 26 Desember 2004 didominasi oleh komponen vertikal (thrust fault).
Menurut teori lempeng yang berlaku, lempeng Indo-Australia mulai mengalami perubahan sekitar 10 juta tahun lalu. Lempeng bergerak ke arah utara wilayah dekat india menekan lempeng Eurasia dan mengangkat pegunungan Himalaya yang memperlambat pergerakan daratan india. Kebanyakan ilmuwan berpikir bahwa Australia terdorong kedepan sehingga menciptakan regangan yang memisahkan lempeng di samudera hindia. Para peneliti menemukan bahwa akumulasi tekanan menyebar di atas lempeng yang telah pecah pada gempa 11 April 2012 tersebut, menghasilkan satu pola paling kompleks dari lempeng yang pernah di amati.
Sejak tahun 1980-an para seismolog telah menduga bahwa Lempeng Indo-Australia mungkin akan terpisah . “Namun gempa bumi 11 April 2012 mewakili contoh paling spektakuler bahwa proses tersebut sedang berlangsung” kata Matthias Delescluse, Geofisikawan dari Ecole Normale Suprieure,Paris. “Di seluruh dunia, ini contoh paling jelas dari sebuah pembentukan batas lempeng baru”, katanya.
Panah menunjukkan gerakan lempeng Australia dan India
terhadap Lempeng Eurasia sedangkan Garis kuning
menunjukkan kemungkinan terbentuknya patahan baru yang membelah lempeng
indo-australia
|
Para ilmuwan menemukan bahwa selama enam hari setelah gempa terjadi, gempa dengan magnitude 5,5 SR atau lebih terjadi hampir lima kali lebih besar dari tingkat normal di seluruh dunia. Tekanan geologi yang mengoyak dan memisahkan Lempeng Indo-Australia ditenggarai sebagai penyebabkan gempa berkekuatan-8.5 dan 8.1 SR, yang pecah sepanjang patahan di samudera hindia dan gempa susulan terjadi selama 6 hari setelah itu.
0 komentar:
Post a Comment