Darsiman B
ABSTRACT
An experiment on the influence of
oil palm empty bunch (OPEB) compost and dolomite on the soil chemical condition
and the doybean performance at Typic Dystropept soil group han been carried out
in the green house of the
Experimental Garden Agriculture Faculty of The Moslem University of North
Sumatera located at Gedung Johor Medan.
The objective of the experiment was
to encrease the availability of
nutrient (especially P) by lowering the saturation of aluminium (Al) in
the soil. Design of experiment was a
randomized block design with three replications. First factor was Dolomite application with
three levels (D0=0 g/polibag; D1 = 3,75 g/polibag; D2 = 7,5 g/polibag) or
respectively equivalent to 0 tons/ha, 1.5 tons/ha and 3.0 tons/ha. Parameter of
plant performance includes the plant height, total beans/polibag, weight of dry
beans/polibag, dry weight of the upper
part of the plant, and the dry weight of the below part of the plant. The soil parameter includes soil pH, Ca-
exchangeable, Mg- exchangeable, and
P-available.Result of experiment has shown that dolomite application was
able to increase the dry weight of both upper part and below part of the plant,
soil pH, Ca-exchangeabel, Mg-exchangeable, P-available in the soil. Mean while, the interaction OPEB compost and dolomite was only able to
increase the plant height, exchangeable Mg and P in the soil.
ABSTRAK
Penelitian pengaruh kompos tandan kelapa sawit dan
dolomit terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai pada tanah Typic Dystropept, telah
dilakukan di rumah kaca kebun percobaan
FP-UISU Gedung Johor Medan, bertujuan untuk
membantu meningkakan P serta menurunkan ketersediaan Al dalam
tanah. Penelitian ditata dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Faktor pertama
pemberian Dolomit 3 taraf yaitu D0= 0 g/pot, D1= 3,75 g/pot, D2 = 7,5 g/pot
masing-masing setara 0 ton/ha, 1,5
ton/ha, 3,0 ton/ha, faktor kedua pemberian kompos tandan kelapa sawit dengan 3 taraf
yaitu K0 = o g/pot, 62,5 g/pot, K2 = 125 g/pot setara 0 ton/ha, 25 ton/ha dan
3,0 ton/ha. Parameter yang
diamati meliputi, tinggi tanaman, jumlah
polong/pot, berat biji kering/pot, berat kering tanaman bagian atas, berat
kering tanaman bagian bawah, pH tanah, Ca-dd, Mg-dd, dan P-tersedia tanah. Hasil
penelitian menunjukkan Dolomit mampu ,meningkatkan berat kering
tanaman bagian atas dan bagian bawah, pH tanah, Ca-dd, Mg-dd tanah dan
P-tersedia. Sedangkan kompos tandan kelapa sawit hanya meningkatkan Ca-dd dan P-tersedia tanah. Sedangkan interakdi kompos tandan
kelapa sawit dengan dolomit hanya mampu
meningkatkan tinggi tanaman, Mg-dd dan P-trersedia tanah.
PENDAHULUAN
Tandan kosong kelapa sawit
(TKS) digolongkan kedalam limbah perkebunan kelapa sawit yang jumlahnya
makin hari makin meningkat, seiring dengan peningkatan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Dewasa ini TKS
telah diolah dengan cara dibakar di incenerator dan abunya digunakan untuk
pupuk Kalium, atau dimanfaatkan sebagai mulsa (Lubis, Guritno dan Darnoko,
1994). Namun jika TKS dibakar
dipastikan sebagian kandungan haranya
sepeti N dan S dan beberapa unsur lainnya akan menguap ke udara. Menurut Pamin, dkk (1995) pengomposan TKS
lebih baik dan dapat dimanfaatkan selain tanaman perkebunan juga tanaman pangan
karena hasil pengomposan selain dapat meningkatkan ketersediaan fosfat juga dapat menghasilkan asam-asam
organik yang dapat mengikat Al, Fe dan
Mn. Menurut laporan Suwandi dan Diwan (1991) TKS tidak
hanya mengandung K tetapi juga mengandung
N, P, Mg dan Ca. Menurut Ahmad
(1989) hasil pengomposan bahan organik juga mengandung senyawa asam-asam organik yang berfungsi aktif dalam
mengurangi sorpsi P dalam tanah sehingga
memperbesar P tersedia bagi tanaman.
Tanah Typic Dystropept
merupakan tanah dengan ciri telah
mengalami pelapukan agak intensif dengan perkembangan tanah yang telah
lanjut (Foth, 1988). Menurut Soil Survey staff (1992) tanah ini
memiliki KTK rendah < 16 me, mineral liat tipe 2:1, kejenuhan basa
<50%, bereaksi masam dengan kandungan
P sangat rendah, yang secara umum miskin hara.
Dolomit disamping mengandung Mg juga mengandung Ca yang dapat
digunakan dalam pengapuran tanah-tanah
masam agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman (Donahue, Miller and Sinkcluna,
1977). Dispradja, dkk (1991) melaporkan penelitian pada tanah Andosol
dengan pH <5,5 pemberian dolomit 1,5 t/ha dapat meningkatkan hasil
dan kualitas tanaman kubis.
Djokosudardjo (1982) juga melaporkan bahwa pemberian dolomit dapat
meningkatkan pH tanah, serta menurunkan zat-zat lain yang bersifat meracun
tanaman.
METODE DAN BAHAN
Penelitian telah dilakukan belum
lama ini dirumah kaca FP-UISU, menggunakan tanah Typic Dystropept yang
berasal dari kelurahan Selambo Kec. Medan Ampelas. Tanah
sebanyak 5 kg/polibeg ditanami kedelai varietas Willis. Sebagai pupuk dasar digunakan Urea, SP-36 dan
KCl.
Percobaan ditata menurut rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua
faktor yang diuji yaitu perlakuan dosisi dolomit (D) terdiri dari D0=kontrol,
D1 = 1,5 t/ha, D2 = 3,0 t/ha, dan faktor
kedua aplikasi kompos tandan kelapa sawit (K) terdiri dari K0= kontrol, K1= 25 t/ha, K2 =
30 t/ha masing-masing dengan 3 ulangan,
kombinasi perlakuan seperti dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan Kompos Tandan kelapa sawit (KTKS) dan dolomit
No
|
Simbol
Perlakuan
|
Dosis
(t/ha)
|
Dosis
(g/5 kg tnh)
|
|||
KTKS
|
Dolomit
|
KTKS
|
Dolomit
|
KTKS
|
Dolomit
|
|
1
|
K0
|
D0
|
0
|
0.0
|
0
|
0.00
|
2
|
K0
|
D1
|
0
|
1.5
|
0
|
3.75
|
3
|
K0
|
D2
|
0
|
3.0
|
0
|
7.50
|
4
|
K1
|
D0
|
25
|
0.0
|
62.5
|
0.00
|
5
|
K1
|
D1
|
25
|
1.5
|
62.5
|
3.75
|
6
|
K1
|
D2
|
25
|
3.0
|
62.5
|
7.50
|
7
|
K2
|
D0
|
50
|
0.0
|
125
|
0.00
|
8
|
K2
|
D1
|
50
|
1.5
|
125
|
3.75
|
9
|
K2
|
D2
|
50
|
3.0
|
125
|
7.50
|
Tanah diambil
secara komposit kedalaman 0-20 cm, setelah dikering udarakan tanah diayak dan
ditimbang sebanyak 5 kg per polibeg.
Sampel tanah dianalisa di
laboratorium meliputi pH-H2O, Ca-dd,
Mg-dd, tekstur, KTK, KB, C-organik, N-total dan P-tersedia dengan hasil analisa
tanah dan analisa kompos tandan kelapa sawit disajikan dalam Tabel 2.
Kedelai varietas Willis ditanam sebanyak 3 biji/polibeg, setelah tanaman berumur 6
minggu tanaman yang dipelihara sebanyak
2 batang/polibeg. Perawatan tanaman dengan cara penyiraman 2 kali sehari,
dibersihkan dari gulma dan pengendalian hama dan penyakit dengan fungisida
Dithane M-45 dan insektisida Sevin 85 S dengan konsentrasi 2 cc/liter air.
Pengaruh
perlakuan diamati melalui tinggi tanaman, jumlah polong per pot, berat kering
biji per pot, berat kering tanaman bagian atas, berat kering tanaman bagian
bawah.
Tabel 2. Hasil
analisa tanah dan kompos tandan kelapa sawit
Sifat
tanah
|
Hasil
|
Kelas
|
Metode
|
Analisa Tanah
|
|||
Tekstur
|
|||
- Pasir (%)
|
44
|
Lempung
berliat
|
Hydrometer
|
- Debu (%)
|
18
|
||
- Liat (%)
|
38
|
||
pH-H2O
|
5,19
|
Rendah
|
Electrometri
|
C-Organik (%)
|
1.17
|
Rendah
|
Walkey
and Black
|
N-total (%)
|
0.12
|
Rendah
|
Kyeldahl
|
C/N
|
9,75
|
Rendah
|
|
P-tersedia
(ppm)
|
4,0
|
Rendah
|
Bray
II
|
Ca-tukar
(me/100 g)
|
2,66
|
Rendah
|
AAS
|
Mg-tukar
(me/100 g)
|
0,95
|
Rendah
|
AAS
|
KTK (me/100 g)
|
15,61
|
Sedang
|
NH4Oac
1N pH 7
|
KB (%)
|
24,92
|
Sedang
|
NH4Oac
1N pH 7
|
Analisa Kompos Tandan Kelapa Sawit
|
|||
C-Organik (%)
|
131,3
|
Tinggi
|
Walkey
and Black
|
N-total (%)
|
4,82
|
Tinggi
|
Kyehdahl
|
C/N
|
27,2
|
Tinggi
|
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh kompos tandan kelapa sawit dan dolomit terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai disajikan dalam Tabel 3,
dan pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah disajikan dalam Tabel 4. Dalam Tabel 3 dapat diketahui bahwa perlakuan
Dolomit tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah polong dan berat kering
biji, namun mampu meningkatkan berat kering bagian atas tanaman serta berat
kering bagian bawah tanaman.
Tabel 3. Pengaruh kompos tandan kelapa
sawit dan dolomit terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai
Perlakuan (t/ha)
|
Tinggi tanaman (cm)
|
Jumlah Polong
|
Berat kering biji (g)
|
Berat kering atas tnm (g)
|
Berat kering akar (g)
|
D0
= 0
|
94.7 a
|
113.0 a
|
16.6 a
|
55.2 c
|
2.3 b
|
D1
= 1,5
|
99.7 a
|
106.0 a
|
14.9 a
|
61.2 b
|
3.1 ab
|
D2
= 3,0
|
86.7 a
|
120.0 a
|
19.3 a
|
85.9 a
|
3.9 a
|
K0
= 0
|
85.5 a
|
125.0 a
|
18.5 a
|
61.4 a
|
2.3 a
|
K1
= 25
|
105.0
a
|
110.0 a
|
16.9 a
|
65.9 a
|
3.2 a
|
K2
= 50
|
90.7 a
|
105.0 a
|
15.3 a
|
75.0 a
|
3.8 a
|
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan
Belum mampunya Dolomit meningkatkan tinggi tanaman
dalam penelitian ini diduga disebabkan
karena kandungan unsur dalam Dolomit hanya Ca dan Mg, sehingga tidak mampu
memacu pertumbuhan vegetatif tanaman.
Menurut Devlin (1977) untuk pertumbuhan vegetatif tanaman sangat dibutuhkan unsur N, karena unsur N
merupakan unsur utama dalam pertumbuhan tanaman. Sedangkan belum mampunya Dolomit
meningkat-kan jumlah polong dan berat kering biji dalam penelitian ini
diduga dosis dolomit yang digunakan
belum optimal, karena menurut Tabel 4, Dolomit
dengan dosis 3,0 ton/ha hanya mampu meningkatkan pH tanah menjadi 5,86.
Dalam keadaan yang demikian kemungkinan
dosis Dolomit yang diaplikasikan belum mampu menghilangkan sifat beracun
tanah dan belum mampu meningkatkan kandungan basa-basa secara signifikan.
Adanya
pengaruh Dolomit dalam meningkatkan berat kering tanaman bagian atas dan berat
kering tanaman bagian bawah kemungkinan basar akibat Ca dan Mg dalam Dolomit mampu meningkatkan aktivitas fisiologi
tanaman, sehingga dengan peningkatan tersebut dapat meningkatkan jumlah
jaringan tanaman baik jaringan bagian atas maupun jaringan bagian bawah
tanaman yang pada gilirannya mampu
meningkatkan bobot kering tanaman (Hardjowigeno, 1987). Peran Dolomit sebagai kapur pertanian dalam penelitian ini walaupun dosis yang
diberikan belum mampu meningkatkan pH tanah mendekati netral namun nyata
meningkatkan pH tanah, dengan demikian akan mampu memberikan kondisi perakaran
yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan berat kering tanaman bagian bawah,
karena unsur Ca mampu merangsang tumbuhnya bulu-bulu akar tanaman (Nurhayati
Hakim, dkk, 1986).
Kompos tandan kelapa sawit
dalam penelitian ini belum mampu meningkatkan
tinggi tanaman, jumlah polong, berat kering biji, berat kering bagian
atas tanaman maupun berat kering bagian bawah tanaman. Hal ini diduga disebabkan
kompos tandan kelapa sawit belum terurai dengan sempurna, dalam Tabel 2 terlihat nilai C/N sebesar 27,2. Akibat belum sempurna
terurainya kompos tersebut kemampuannya
untuk memperbaiki sifat fisik , kimia dan biologi tanah belum
optimal. Bahkan kemungkinan terjadinya
persaingan antara mikroorganisme pelapuk dengan tanaman kedelai dalam
memanfaatkan unsur hara tanah, karena terbukti secara visual (walaupun tidak
nyata secara statistik) makin meningkat dosis kompos tandan kelapa sawit makin
menurun tinggi tanaman, jumlah polong, dan berat kering biji.
Tabel 4. Pengaruh kompos tandan kelapa sawit dan dolomit terhadap Sifat kimia tanah Typic Dystropept
Perlakuan (t/ha)
|
pH-H2O
|
Ca-dd (me/100 g)
|
Mg-dd (me/100 g)
|
P-tersedia (ppm)
|
D0 = 0
|
5.41 b
|
8.40 b
|
4.10 b
|
146 c
|
D1 = 1,5
|
5.50 b
|
8.70 b
|
4.50 b
|
163 b
|
D2 = 3,0
|
5.86 a
|
9.40 a
|
5.20 a
|
199 a
|
K0 = 0
|
5.69 a
|
8.20 a
|
4.00 a
|
145 b
|
K1 = 25
|
5.59 a
|
9.20 a
|
5.00 a
|
189 a
|
K2
= 50
|
5.49 a
|
9.10 a
|
4.80 a
|
146 b
|
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan
Sifat kimia tanah yang diamati dalam penelitian seperti pH
tanah, Ca-dd, Mg-dd dan P-tersedia tanah sangat nyata meningkat oleh perlakuan Dolomit, namun tidak
nyata meningkat oleh perlakuan kompos tandan kelapa sawit seperti yang
disajikan dalam Tabel 4.
Dolomit (Ca Mg (CO3)2) dikenal
lebih luas sebagai kapur pertanian
dibandingkan sebagai pupuk, dengan kandungan CaO 32-35% dan MgO 18-28%. Dilomit sebagai pupuk bereaksi basa karena kandungan Ca dan Mg,
dengan demikian dolomit dikenal mampu
meningkatkan pH tanah (Jones, 1982).
Proses penguraian dolomit manjadi CaO dan MgO dalam tanah yang
bereaksi dengan larutan tanah menghasilkan ion OH-. Ion OH- dalam tanah akan bereaksi dengan ion H+
sehingga akan menurunkan mol H+, sehingga mampu meningkatkan pH tanah, dengan
peningkatan pH tanah unsur P yang
tadinya terikat oleh Fe dan Al akan digantikan posisinya oleh ion OH- sehingga jumlahnya akan meningkat dalam
larutan tanah (Tisdale and
Nelson, 1975).
Baik parameter pertumbuhan dan
produksi kedelai maupun sifat kimia tanah yang diamati dalam penelitian ini tidak diperoleh adanya interaksi antara
perlakuan dolomit dengan perlakuan kompos tandan kelapa sawit.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan dosis dolomit hingga 3.0 t/ha belum mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah polong dn berat kering biji, namun mampu meningkatkan berat kering tanaman, pH tanah, Ca-dd, Mg-dd serta P-tersedia tanah. Peningkatan dosis kompos tandan kelapa sawit mencapai 50 t/ha belum mampu meningkatkan semua parameter yang dianalisa. Dan tidak diperoleh adanya interaksi antara perlakuan dolomit dengan kompos tandan kelapa sawit.
Berdasarkan penelitian ini disarankan melanjutkan penelitian dengan
perlakuan dosis dolomit yang lebih tinggi, serta menggunakan kompos tandan
kelapa sawit yang telah melapuk sempurna, dengan hasil uji C/N mendekati 11-12.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad.
F. 1989. Pengaruh Asam Humat Terhadap
Sorpsi Fosfat. Proc. Kongres Nasional V HITI. Medan p. 504-513.
Devlin, R. M. 1977. Plant
Physiology. D. Van ostrand Company. New York. p.600
Djokosudardjo. 1982. Pengaruh Pemberian Fosfat terhadap
Keefisienan Pemupukan beberapa macam
Tanah di Indonesia. PhD. Thesis. Fakultas Pasca Sarjana
IPB. Bogor .
Hardjowigeno. S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama sarana Perkasa. Jakarta. p.220.
Jones, U. S. 1982. Fertilizers and Soil fertility. 2nd Ed. Reston Publishing Company Inc. A Prentice-Hill Company Reston , Virginia . p 421
Lubis. A. U., P. Guritno., dan Darnoko. 1994.
Prospek Industri dengan bahan baku Limbah Padat Kelapa sawit di Indonesia. Berita PPKS 2 (3): 203-209.
Nurhayatai Hakim., M.Y. Nyakpa., A.M. Lubis., S. G. Nugroho., M.R. Saul., M.A. Diha., G.B.
Hong., dan H.H Bailey. 1986. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Pamin. K., Darmono., dan P. Guritno. 1995.
Strategi Pengelolaan Limbah Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Warta PPKS 3
(2): 47-53.
Soil Survei Staff. 1992. Kunci Taksonomi Tanah Edisi Pertama Bahasa Indonesia SMSS
Technical Monograph no. 6.
Puslittanag Balitbang Pertanian. Bogor .
Suwandi. P.P
dan T.A. Diwan. 1991. Pengembangan tandan kosong Kelapa sawit dan
Aplikasinya di Lapangan. Pedoman Teknis No. 105/PPM/3/1991. Puslitbun Marihat
Pematang Siantar, Sumut. p.27.
Tisdale, S and
W, Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. Third Edition. Macmillan
Publishing Co. Inc. New York . p. 694
0 komentar:
Post a Comment